Selasa, Mei 13, 2008

MATAHARI DI UJUNG SAWANG BUNGA




Matahari hampir sepenggalah kala biduk-biduk tua itu berlabuh. Usai mendaki gelombang dan dihempas riak, pria-pria legam itu melempar jala ke kasik (pasir putih) Sawang Bunga. Tibalah waktunya menyiang nafkah.

Rupa Ahmad telah kuyup peluh, saat memungut satu persatu ikan di palung biduk. Walau tak banyak ikan nyangkut dijalanya, pria berusia 51 tahun itu tetap tersenyum."Cukup membuat anak saya bisa makan ikan segar hari ini," ujarnya getir.

Bagi warga Kecamatan Samadua, Aceh Selatan, profesi nelayan merupakan warisan leluhur. Dua jam mengayuh perahu hingga ke karang-karang bunga tempat ikan-ikan bermukim. Tak jarang saat angin berhembus kencang, biduk hanya jadi kayu terapung diseret arus Samudra Hindia.

Bagi para penjala ikan, memiliki perahu bermesin merupakan impian. Mereka pekerja keras, walau bermodal biduk tua tak sedikit yang mampu menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi.

Sawang Bunga memang 'kaya biduk'. Tapi biduk jelas tak kuasa melawan ombak tinggi, tak kuat menentang angin, konon mengantar pemiliknya ke titik sejahtera. Entah sampai kapan para nelayan harus takluk pada cuaca.



2 komentar:

Anonim mengatakan...

foto-fotonya asik nih mas...kayak NG gitu loh...bravo

Anonim mengatakan...

keren nie..salam kenal